Infeksi Jaringan Tulang (osteomielitis)

https://www.bangfad.com/untan-membangun-ekosistem-digital-menuju-cyber-university.html
Infeksi jaringan tulang disebut sebagai osteomielitis, dan dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi local yang berjalan dengan cepat. Bakterinya (Staphylococcus aureus, Streptococcus, Haemophylus influenzae) berpindah melalui aliran darah menuju metafisis tulang didekat lempeng pertumbuhan dimana darah mengalir ke dalam sinusoid. Akibat perkembangbiakan bakteri dan nekrosis jaringan, maka tempat peradangan yang terbatas ini akan terasa nyeri dan nyeri tekan.

Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, osteomielitis sangan resisten terhadap pengobatan dengan antibiotika.

Menurut teori, hal ini disebabkan oleh karena sifat korteks tulang yang tidak memiliki pembuluh darah. Tidak cukup banyak antibodi yang dapat mencapai daerah yang terinfeksi tersebut. Infeksi tulang sangat sulit untuk ditangani, bahkan tindakan drainase dan debridement, serta pemberian antibiotika yang tepat masih tidak cukup untuk menghilangkan penyakit.

Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua macam osteomielitis yaitu:

Osteomielitis Primer
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi darah.

Osteomielitis Sekunder (Osteomielitis Perkontinuitatum)
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.

Etiologi
  1. Staphylococcus aureus hemolitukus (koagulasi positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
  2. Haemophylus influenzae (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun. Organisme yang lain seperti : Bakteri colli, Salmonella thyposa dan sebagainya.
Tanda dan Gejala
Gambaran klinis osteomielitis tergantung dari stadium patogenesis dari penyakit, dapat berkembang secara progresif atau cepat. Pada keadaan ini mungkin ditemukan adanya infeksi bacterial pada kulit dan saluran napas bagian atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.

Pemeriksaan penunjang
  1. Pemeriksaan darah: Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju endapan darah.
  2. Pemeriksaan titer antibodi – anti staphylococcus: Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti dengan uji sensitivitas.
  3. Pemeriksaan feses: Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi oleh bakteri Salmonella.
  4. Pemeriksaan Biopsi tulang.
  5. Pemeriksaan ultra sound: Pemeriksaan ini dapat memperlihatkan adanya efusi pada sendi.
  6. Pemeriksaan radiologis: Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan kelainan radiologik, setelah dua minggu akan terlihat berupa refraksi tulang yang bersifat difus.
Prinsip penatalaksanaan
  1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri
  2. Pemberian cairan intra vena dan kalau perlu tranfusi darah
  3. Istirahat local dengan bidai atau traksi
  4. Pemberian antibiotika secepatnya sesuai penyebab
  5. Drainase bedah
Proses keperawatan
  • Pengkajian
  1. Riwayat keperawatan
  2. Pemeriksaan fisik.
  3. Riwayat psikososial
  4. Pemeriksaan diagnostic
  • diagnosa
  1. Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
  2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan menahan beban berat badan.
  3. Resiko terhadap perluasan infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
  4. Resiko cedera berhubungan dengan rapuhnya tulang, kekuatantulng yang berkurang.
  5. Kurang pengetahuan tentang regimen pengobatan.
Perencanaan dan implementasi
Sasaran utama mencakup peredaan nyeri, memperbaiki mobilitas fisik dalam batasan terapeutik, kontrol dan penghilang infeksi, serta pengetahuan tentang regimen pengobatan.

Sumber: dari berbagai sumber

http://www.bangfad.com/bersama-untan-membangun-negeri.html