Konseling Antenatal Care atau ANC |
Antenatal care (selanjutnya akan disingkat "ANC") adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh dokter atau bidan untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik dari ibu hamil. Tujuan dilakukan ANC adalah : Untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil
Dalam pelaksanaan Konseling Antenatal Care, harus diketahui penjelasan tentang konsep pelaksanaan, tujuan pelaksanaan serta beberapa kepatuhan yang harus dipelajari.
Konsep Pelaksanaan
Pelaksanaan konseling dapat diartikan sebagai suatu tindakan yang ditujukan untuk menyelesaikan masalah orang lain dengan mengutamakan pendekatan individu dan tatacara yang sopan dan lembut.
Tujuan Pelaksanaan
- Mendiskusikan hambatan yang dijumpai klien untuk patuh berobat
- Membantu klien mengembangkan strategi untuk memperbaiki kepatuhan berobat
Kepatuhan Berobat
Kepatuhan berobat adalah kemampuan klien untuk melakukan pengobatan sesuai petunjuk medik. Artinya dosis, waktu dan cara pemberian tepat. Medikasi yang harus dilakukan untuk jangka panjang, adalah hal yang biasa pada setiap penyakit kronis, termasuk HIV/AIDS. Medikasi termasuk pemberian ARV, profilaksi untuk infeksi oportunistik, medikasi untuk infeksi oportunistik (terutama terapi TB). Medikasi yang bermacam-macam menghasilkan suatu resimen kompleks, yang harus diikuti oleh pasien. Misalnya, medikasi ARV sangat efektif bila di berikan dalam bentuk kombinasi dua atau lebih jenis ARV kelas utama.
Definisi Kepatuhan Berobat:
Akses untuk mendapat medikasi amatlah penting, tetapi hal ini tidaklah cukup. Kepatuhan adalah faktor yang menentukan efektivitas suatu pengobatan. Kepatuhan yang buruk akan membuat dampak ganda dalam arti mengeluarkan banyak dana dan memperburuk kualitas hidup pasien. Bagi pasien, ketidak patuhan berobat mengakibatkan kegagalan ARV melawan virus, sehingga virus resisten dan terjadi kegagalan imunologik dan keadaan klinis memburuk. Pandangan kesehatan masyarakat menyatakan, bila terjadi resistensi terhadap pengobatan maka pengobatan menjadi tidak efektif, atau berhenti bekerja sehingga diperlukan upaya baru untuk melawan infeksi dengan obat lain atau obat yang sama dengan dosis berbeda atau kombinasi, sementara jenis obat terbatas persediaannya. Disamping itu mereka yang resisten sukar diobati. Resistensi terhadap jenis obat multipel telah terbukti di banyak negara. Dari sudut pandang ekonomi kesehatan, ketidak patuhan berobat meningkatkan biaya berobat dengan mahalnya harga obat pengganti dan lamanya perawatan di rumah sakit atau hospitalisasi .
Peningkatan kepatuhan berobat akan memberi dampak besar bagi kesehatan dalam masyarakat dari pada terapi medik spesifik lainnya. Laporan WHO mengatakan akan mudah dan murah melakukan intervensi kepatuhan berobat secara konsisten dan hasilnya sangat efektif. Dalam terapi antiretroviral, kepatuhan berobat merupakan kunci suksesnya suatu terapi. ,
Kepatuhan berobat jangka panjang untuk penyakit kronis di negara berkembang rata-rata 50% , bahkan lebih rendah. Banyak pasien sulit melakukan terapi sesuai petunjuk. Di banyak negara, sistem perawatan kesehatan dirancang untuk penyakit akut, yang tak terlalu cocok untuk diterapkan pada pengobatan jangka panjang untuk penyakit kronis. Karena itu, perlu mengembangan kebijakan dan struktur yang mendukung kepatuhan berobat bagi mereka yang menderita penyakit kronis, termasuk HIV/AIDS, terutama akses untuk terapi ARV. Keberhasilan terapi ARV membutuhkan akses ke pelayanan dan fasilitas spesifik.
Rumus Antenatal Care di Indonesia
Dalam antenatal care di Indonesia, dikenal istilah rumus 10 T. Istilah tersebut muncul dalam rilis pers Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2009. Apa saja yang terangkum dalam 10T tersebut? Yuk Moms, mari kita simak penjelasannya berikut ini:
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan ibu hamil merupakan salah satu dari beberapa pemeriksaan yang dilakukan dalam temu antenatal, terutama pada pertemuan pertama. Tujuan pengukuran ini adalah untuk memantau perkembangan tubuh ibu hamil. Dokter akan mencatat setiap perubahan yang ada untuk menentukan apakah Moms memiliki risiko kehamilan, misalnya kehamilan dengan obesitas atau kehamilan kembar dua/lebih.
Secara umum, seorang ibu hamil berat badannya bertambah sekitar 0,5 kg setiap bulan pada trimester pertama kehamilan. Kemudian, pada trimester kedua dan ketiga, berat badan ibu hamil normalnya bertambah hingga 0,5 kg setiap minggu. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan sekitar 20 hingga 90 kg dari berat badan sebelum hamil dianggap normal/ideal.
2. Periksa tekanan darah
Sama seperti pengukuran berat badan dan tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah merupakan hal yang wajib dilakukan oleh dokter kandungan saat antenatal care. Bahkan, pengukuran tekanan darah rutin dilakukan setiap pemeriksaan antenatal. Hasil bacaan tekanan darah normal berada di angka 110/80 hingga 140/90 mmHg. Apabila bacaan tekanan darah Moms lebih tinggi daripada batas atas, Moms berisiko mengalami gangguan kehamilan seperti pre-eklampsia dan eklampsia. Kedua gangguan kehamilan ini bisa mengancam kehamilan Moms.
3. Periksa tinggi fundus uteri (puncak rahim)
Dokter akan memeriksa fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan Moms. Tinggi puncak rahim dalam cm seharusnya berbanding lurus dengan usia kehamilan. Ukuran puncak rahim dianggap normal apabila sesuai dengan tabel ukuran fundus uteri dengan toleransi perbedaan ukuran 1-2 cm. Jika pengukuran puncak rahim menunjukkan perbedaan lebih kecil 2 cm dari usia kehamilan, risiko gangguan pertumbuhan janin meningkat.
4. Skrining status imunisasi tetanusdan pemberian imunisasi tetanus toksoid (TT)
Sebelum imunisasi tetanus toksoid, Moms harus terlebih dahulu menjalani skrining. Tujuan skrining tersebut adalah untuk mengetahui dosis dan status imunisasi tetanus toksoid yang telah diperoleh sebelumnya. Imunisasi tetanus toksoid cukup efektif jika dilakukan minimal dua kali dengan jarak antar imunisasi empat minggu.
5. Minum tablet zat besi
Dokter akan meresepkan zat besi untuk Moms konsumsi setiap hari selama kehamilan. Jangna mengonsumsi tablet zat besi ini bersama denagn kopi atau teh karena dapat mengganggu penyerapan zat besi ke dalam tubuh.
6. Tetapkan status gizi
Untuk mendeteksi kekurangan gizi saat hamil sejak dini, dokter akan melakukan pengukuran status gizi. Risiko si Kecil lahir dengan berat badan rendah meningkat apabila Moms kekurangan gizi saat hamil. Cara mengukur status gizi adalah dengan mengukur lingkar lengan atas serta jarak pangkal bahu ke ujung siku menggunakan pita ukur.
7. Tes laboratorium
Selama pemeriksaan antenatal, dokter akan mengambil sampel dari tubuh Moms untuk keperluan tes laboratorium baik tes rutin maupun khusus. Pemeriksaan laboratorium tersebut meliputi setidaknya pemeriksaan golongan darah dan rhesus, pemeriksaan kadar hemoglobin, tes HIV dan penyakit menular seksual lainnya, serta rapid test untuk malaria.
8. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
Pemeriksaan denyut jantung biasanya dilakukan saat usia kehamilan memasuki 16 minggu. Tujuan dari pemeriksaan janin dan denyut jantung janin adalah untuk memantau, mendeteksi, dan menghindari faktor risiko kematian prenatal yang disebabkan oleh infeksi, gangguan pertumbuhan, cacat bawaan, dan hipoksia.
9. Tatalaksana kasus
Ketika menjalani antenatal care, Moms berhak mendapatkan fasilitas kesehatan yang memadai. Apabila hasil tes menunjukkan bahwa kehamilan Moms berisiko tinggi, pihak rumah sakit akan menawarkan kepada Moms untuk segera mendapatkan tatalaksana kasus.
10. Temu wicara persiapan rujukan
Setiap kali kunjungan antenatal, Moms berhak untuk berkonsultasi kepada pihak dokter. Temu wicara ini dapat membantu Moms menentukan perencanaan kehamilan, pencegahan komplikasi kehamilan, dan persalinan. Layanan temu wicara juga diperlukan untuk menyepakati rencana-rencana kelahiran, rujukan bila perlu, bimbingan pengasuhan bayi, dan pemakaian KB pascamelahirkan.
0 Response to "Konseling Antenatal Care atau ANC"
Post a Comment